The star of Smanda

Reporter                : Bagaimana pengalaman bapak dalam memimpin selama 
                                ini?
Karsumi, S.PD      : Selama ini saya hanya memimpin organisasi kecil-kecilan. Pada skala    keagamaan saya memimpin kegiatan yasinan dlingkungan rumah saya. Kebetulan saya juga dipercaya sebagai ketua MGMP Fisika sekabupaten Pati. Saat saya masih sekolah, sekolah saya di MAN Pati saya juga menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Saat saya kuliah saya tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang sekarang
menjadi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) saya membidangi sebagai seksi akademik.
Reporter               : Bagaimana kesan bapak saat memimpin organisasi tersebut?
Karsumi, S.PD    : Kesan itu selalu ada, tetapi yang mendalam tidak ada. Karena saat sekolah di MAN Pati yang notabene adalah sekolah baru dalam satu sekolah hanya ada dua kelas, yaitu kelas Fisika dan Agama, disamping itu tiap kelas hanya diisi 27 orang. Kala itu anak-anak kelas Fisika banyak diejek oleh kelas Agama, karena dianggap kurang islami, akhlakya kurang baik, dan hanya mengurusi kehidupan dunia. Akan tetapi keaadaan itu seakan berbalik 180o tatkala setelah beberapa bulan sekolah berjalan kasus-kasus siswa yang melanggar tata tertib sekolah kebanyakan anak kelas Agama.
                                Setelah lulus dari MAN Pati saya melanjutkan kuliah di IKIP PGRI Semarang. Kesan menarik saat kuliah dan aktif di BEM saya dan kawan-kawan menyelanggarakan seminar se-jawa bali yang diisi oleh dosen UKSW dari Jerman yaitu Dr. Cristoph Schifer. Akan tetapi pada saat acara akan dimulai beliau tidak kunjung dating. Setelah dicari diruang dosen beliau juga tidak ada disana. Setelah lama ditunggu beliau malah datang mengendarai sepeda ontel. Melihat situasi tersebut saya sangat salut, bagaimana tidak seorang dosen ternama dari Jerman menghadiri seminar besar se-jawa bali dating mengendarai sepeda, alangkah sangat sederhananya.  
Reporter             :  Bagai mana pendapat bapak mengenai pemimpin dizaman sekarang?
Karsumi, S.PD    : Zaman sekarang sangat teras perbedaannya dengan zaman dahulu. Dulu pemimpin itu identik dengan lingkungan ilmunya yang seluas dan sedalam samudera, kedigdayaan, kewibawaan, dan kekayaan hartanya seingga membuat pemimpin zaman dahulu disegani oleh rakyat dan bawahanya. Bagaikan pepatah Jawa bilang “Sabda pendita Ratu” apapun yang diinstruksikan pemimpin bawahanya takut untuk mengingkarinya. Menurut saya kepemimpinan yang baik adalah saat kepemerintahan Presiden Soeharto. Perbedaan yang jelas dengan kepemimpinan sekarang adalah ditegakkannya norma-norma dalam masyarakat seperti norma agama, norma kesuslaan, noerma hokum, dan sebagainya. Pada pemerintahan yang baik orang yang menjadi imam adalah orang yang berhak yakni laki-laki. Dizaman reformasi ini, dalam pemilihan umum kita mencoblos partai bagaikan membeli kucing dalam karung. Rakyat kebanyakan tidak kenal atau paham betul mengenai profil calon wakilnya atau tujuan partai yang dipilihnya. Selain itu para wakil rakyat tidak mewakili aspirasi rakyatnya karena tidak mengenali keinginan rakyat yang diwakilinya. Misalnya dalam kasus pembangunan gedung baru DPR Pusat, yang lebih memprihatinkan lagi adalah tingkah laku dan maslah anggota DPR seperti tidur saat siding, korupsi, sampai menonton video asusila.
Reporter             : Bagaima sikap yang seharusnya ditunjukkan seorang pemimpin menurut bapak?
Karsumi, S.PD    : Sikap pemimpin yang baik dalam pemeritahan adalah seperti semboyan kemendiknas yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “Tut Wuri Handayani” yakni setiap komponen dalam pemerintahan yang saling mendorong dan melakukan tugasnya masing-masing secara baik. Akan tetapi sikap pemimpin yang paling berat adalah menjadi panutan bukan digdayanya, bukan kepintaran, ataupun kekayaannya. Setiap orang bisa memperoleh kedigdayaan, kepintaran, dan kekayaan tapi tidak semua oaring bisa menjadi panutan.
Reporter              :  Siapakah pemimpin yang bapak idolakan?
Karsumi, S.PD    : Saya mengidolakan Rasulullah Muhammad s.a.w. karena mempunyai kepemiminanyang sangat baik, juga suri tauladan yang baik. Beliau mempunyai keahlian dalam hal siasat dan taktik peperangan, tata Negara, kemasyarakatan, dan keagamaan. Tokoh di era terakhir ini yang saya idolakan adalah presiden Soeharto, saya mengidolakannya karena kepemimpinannya yang luar biasa. Walaupun terkesan diktator dan otoriter. Akan tetapi norma-norma pada saat kepemimpinan beliau dapat ditegakan dengan baik tidak seperti zaman reformasi sekarang ini. Selain itu sosok yang sangat saya kagumi adalah Bapak Munawar B.A. kepala sekolah saya dulu. Beliau adalah sosok kepala sekolah yang sederhana. Setiap hari beliau berangkat ke sekolah dengan sepeda ontelnya. Hal yang paling mengesankan adalah setiap kali saya masuk ke ruang kerja beliau, saya lihat beliau selalu membaca Al Qur’an diruangannya. Walaupun menjabat sebagai kepala sekolah beliau tetap mengajar. Beliau tidak mau meneriam hadiah dalam bentuk apapun dan konsisten dalam mengembangkan agama. Beliau adalah yang merintis pembangunan Madrasah Darul Ulum Tamansari. Beliau tinggal di Mertokusuman kebiasaan beliau setelah sholat subuh adalah jalan-jalan. Sampai suatu ketika seusai berjalan-jalan disekitar desa beliau duduk di teras rumahnya dan saat itu pula malkul maut menjemutnya kehadirat Allah S.W.T.

0 komentar:

Posting Komentar

 
KEROHANIAN ISLAM SMA NEGERI 2 PATI © 2011 Theme made with the special support of Maiahost for their cheap WordPress hosting services and free support.